Jumlah yang udah baca blog ini

Rabu, 20 Juli 2016

Family Trip ke Singapura, Kuala Lumpur, dan Malaka (Part 4)

Hari keempat kami akan mengunjungi Resort World Sentosa, kami akan ke S.E.A Aquarium, Images of Singapore, Garden by the bay, dan Madame Tussaud.
Ceritanya menyusul di update-an selajutnya. hehehe.










































Sabtu, 25 Juni 2016

Family Trip ke Singapura, Kuala Lumpur, dan Malaka (Part 3)

Di hari ketiga perjalanan , kami berencana menghabiskan waktu berkeliling di Jonker Street untuk mencari oleh-oleh, jalan-jalan ke Baba and Nyonya Keritage Museum, St. Paul Hill, benteng A' Famosa, serta berjalan di sekitaran Sungai Malaka dan Dutch Square (yang tercoret berakhir menjadi hanya sekedar wacana. hahaha).  Pada akhirnya dari sekian banyak rencana, tidak semuanya terealisasi karena kami harus segera bergegas check out dari guesthouse di siang hari untuk melanjutkan perjalanan ke Singapura dengan perjalanan darat.

Me and mom at Dutch Square
Taman cantik di Dutch Square
Gereja Merah di Dutch Square

Dutch Square

Kincir angin selalu menjadi khas Belanda,
termasuk di Dutch Square

Masih di Dutch Square






Benteng A Famosa


Malaka River Cruise


Andai sungai di Indonesia sebersih ini

Sarapan di Restoran ramen di Jonker Street 
Karena terlalu lama berjalan-jalan, kami pun kehabisan waktu untuk mengejar jadwal bis dari Malaka ke Singapura. Kebetulan tiket bis sudah kami beli secara online sehingga kami tidak bisa menukar dengan jadwal yang lain. Oleh karena itu, kami yang awalnya berniat naik Panorama Bus Malaka 17 dari Dutch Square ke Malaka Sentral akhirnya terpaksa memesan taksi untuk mempercepat perjalanan kami menuju terminal.

***

Dari terminal Malaka Sentral kami menaiki Bus 707 Inc dengan tujuan Singapura (Queen Street Singapore). Bis ini merupakan bis 2 lantai, dimana lantai bawah dialokasikan untuk bagasi penumpang sedangkan lantai atas digunakan sebagai tempat duduk penumpang. Ini adalah pengalaman pertama kami (rupanya) melewati perbatasan negara melalui jalan darat. Awalnya saya pikir kakak saya sudah pernah memiliki pengalaman melalui imigrasi melalui jalan darat, ternyata kami semua sama sekali belum berpengalaman dan inilah yang akan menjadi "keseruan" berikutnya.

Perjalanan Malaka-Singapura memakan waktu kurang lebih 3 jam. Setelah sempat tertidur-bangun-tertidur-dan bangun lagi, akhirnya tibalah kami di perbatasan Malaysia-Singapura. Disini jalanan nampak seperti jalan tol, sedikit macet, nampak kendaraan dimana-mana, dan di ujung nampak seperti jembatan untuk menyeberangi laut (yang ternyata selat). 



Setelah menyeberangi jembatan, supir bis dengan logat english-chinese nya meminta kami untuk menyiapkan paspor karena akan melewati imigrasi. Dudulnya saya, saya membayangkan sedang menaiki bis tour travel dimana tour leader meminta kami menyiapkan paspor hanya untuk dikumpulkan untuk suatu hal dan saya tinggal duduk manis. Dan tiba-tiba saya lupa bahwa kami akan melewati perbatasan sebuah negara dimana kami sedang melaluinya lewat jalan darat (dimana biasanya kami melalui jalur udara dan menjalani pengecekan imigrasi di bandara).

Tidak berapa lama bis berhenti dan tiba-tiba semua penumpang pada turun. Hanya kami yang tidak turun, sambil bertanya-tanya, kenapa hampir semua penumpang turun. Tiba-tiba si supir marah-marah karena kami tidak segera turun sambil mengomel dan menyebut bahwa kami pasti orang Indonesia. Katanya orang Indonesia selalu bikin masalah. Duh. Ternyata tempat bis berhenti adalah pemberhentian sementara dan banyak bis yang mengantri setelahnya. Setelah kami turun, bis kami pun berlalu pergi, entah kemana. Kami pun hanya melongo, terus nanti kita ketemu dimana ?

Oh iya, ada kejadian tidak mengenakkan juga sebelum sampai di imigrasi (kalau tidak salah di bis, eh, atau masih di terminal Malaka Sentral ya). Si supir sempat menanyai kami apakah kami sudah mengambil kartu imigrasi. Lha, meneketehe ngambil kartu imigrasi dimana. Ternyata seharusnya ketika kami menukarkan bookingan online dengan tiket bis waktu di counter terminal, sekalian kami mengambil kartu imigrasi untuk memasuki Singapura. Maklum kami biasanya mendapatkan kartu imigrasi dari pramugari-pramugari cantik di atas pesawat. Kami pikir begitupula halnya di bis. Setelah ngomel-ngomel, akhirnya si supir memberikan kartu imigrasi yang dia bawa. Lha wong sebenarnya si supir punya kartunya, tapi pake ngomel-ngomel dulu baru ngasih. Duh, nasib dapat supir seperti ini. 

Kami melihat beberapa orang dari banyak bis yang berhenti bergegas ke arah yang sama. Kami pun mengikuti mereka. Rupanya mereka menuju sebuah bangunan yang merupakan imigrasi. Ketika akan menuju eskalator, si adik sempat tertinggal di belakang karena barang bawaan yang terjatuh sehingga kami berlima saling tunggu-tungguan di tengah arus manusia yang bergegas. Dan rupanya tingkah kami yang saling menunggu, tolah-toleh, serta ditambah wajah adik saya yang semi-semi India +Arab membuat petugas tiba-tiba mencurigai kami. Hahaha. Kami berlima dibawa ke tempat lain sehingga kami tidak mengikuti arus orang-orang lainnya yang menaiki eskalator. Kami diminta melewati X-Ray khusus satu per satu dan melewati pintu yang menyemprotkan suatu cairan. Entah apa yang mereka curigai pada kami. Akhirnya kami pun bebas dari pengecekan itu dan segera bergegas ke bagian imigrasi. 

Selesai dari imigrasi kami pun bergegas turun. Ternyata dekat tangga turun berjajar bis-bis semacam parkir di basement dengan pilar-pilar penanda. Ya ampun, terus bis kita dimana ? Kami pun menelusuri beberapa jalur untuk menemukan bis kami. Dan akhirnya ketemu !! Ditambah bonus muka masam supir bis karena tinggal kami yang belum naik ke bis. Ah, orang Indonesia....

***

Akhirnya kami pun tiba di Queen Street Singapura sebagai pemberhentian terakhir. Kami pun menaiki bis menuju penginapan kami yang terletak di Towner Road.

Oh iya, malamnya sebenarnya kami memiliki rencana untuk jalan-jalan ke Orchard Road bersama-sama, tetapi rencana kami gagal karena terjadi suatu musibah. Ternyata beberapa menit setelah pengecekan imigrasi dan kami telah menaiki bis, adik saya tersadar bahwa handphonenya hilang. Nampaknya handphonenya tertinggal sewaktu memasuki pintu x-ray dan lupa diambil kembali.

Akhirnya setelah sampai di penginapan, adik dan kakak ipar memutuskan untuk kembali ke imigrasi, sedangkan saya, kakak, dan ibu tetap melanjutkan rencana semula untuk jalan-jalan ke Orchard Road. Kami pun janjian di suatu tempat apabila urusan di imigrasi telah selesai. Sayangnya hape yang dicari sudah raib dan tidak bisa diketemukan.