Jumlah yang udah baca blog ini

Kamis, 02 November 2017

Jalan-jalan Gratis ke Bangkok (part 3)

HARI KETIGA

Di hari ketiga kami memiliki jadwal pesawat pulang di sore hari. Sebenarnya waktunya masih cukup jika mau dihabiskan berjalan-jalan ke salah satu tempat wisata. Namun kebetulan bath kami telah habis di tempat oleh-oleh kemarin, apalagi kalau harus naik uber ke lokasi wisata.

Akhirnya kami pun hanya menghabiskan waktu di mall yang bersebelahan dengan hotel. Kami melihat-lihat sekaligus membeli perbekalan untuk makan siang nanti.  

Mall di Bangkok kurang lebih sama dengan mall di Jakarta, isinya pun setipe. Kami membeli beberapa lauk seperti ikan kering dan telor asin (menu paling aman daan bebas pork). Selain itu kami membeli nasi di seven eleven. 


Mama di depan plang hotel

Mama di depan mall

Poto di depan mall dengan ekspresi khawatir "kameranya udah kepencet belum ?"

Di mini market dekat hotel, kami menemukan durian yang di vakum. Ketika wadahnya dibuka, aroma duren menyeruak ke seluruh ruangan. Untuk rasa, masih menyerupai durian asli. Untuk tekstur, teksturnya lebih menyerupai manisan.


Durian vakum

Dikarenakan pesawat kami di delayed beberapa menit, kami pun mencari-cari makanan di bandara. Mama yang tidak suka jajan, menolak dibelikan apa pun. Tetapi karena penasaran dengan Mango Sticky Rice asli Thailand, rasanya "gatal" kalau tidak membeli. Akhirnya aku pun membeli satu pack untuk dimakan bersama. Rasanya biasa saja menurutku, tidak ada yang special, kecuali rasa mangga yang lumayan manis. 

Mango Sticky Rice

Langit yang Mendung

Meskipun langit lapisan bawahnya mendung, ternyata lapisan atasnya cerah ceria.

Tidak beberapa lama akhirnya berangkatlah kami ke jakarta. Perjalanan berjalan lancar meskipun sebelumnya cuacanya sedang hujan. Dan, libur tlah usai :(

Minggu, 20 Agustus 2017

Jalan-jalan Gratis ke Bangkok (Part 2)

HARI KEDUA

Di hari kedua ini kami akan jalan-jalan ke Kuil Wat Arun, Sungai Chao Praya, Gem Jewellery Factory, Big Bee, dan Platinum Mall.

Jam 8 pagi kami dijemput oleh tour guide kami di hotel. Namanya Ms Umaporn. Dia berasal dari Thailand bagian selatan yang berbatasan dengan Malaysia. Dia berasal dari keluarga muslim.

Wat Arun adalah sebuah kuil yang terletak di seberang sungai Chao Praya. Konon nama Wat Arun berarti kuil fajar. Dinamakan demikian karena kuil ini cantik dipoto dari pinggir sungai kala fajar menyingsing.

Kuil Wat Arun tampak dari seberang sungai. 

Hanya dibutuhkan waktu kurang dari 5 menit untuk menyeberang.

Kapal jenis ini yang digunakan untuk menyeberang.
Harga naik kapal kurang lebih 5 bath. 

Me & mom



Sayangnya kami datang di saat yang tidak tepat. Kuil ini sedang dalam tahap renovasi dan tidak boleh masuk ke kawasan candi. Akhirnya kami hanya berfoto di luar saja.

Pilar

Makam abu

Kuil yang sedang direnovasi

Di bagian dalam kuil terdapat tempat belanja cinderamata yang kata tour guide kami harganya lebih murah daripada di platinum. Akhirnya kami membeli oleh-oleh cukup banyak di tempat ini. Tetapi perlu window shopping dulu sebelum membeli, karena kami sempat membeli kain yang overpriced. Di tempat kami membeli harganya 1.000 bath, sedangkan di lapak sebelah harganya hanya 500 bath (meskipun kualitas sedikit berbeda).



Taman


Disini saya melihat semacam "doa" untuk almarhum Raja Bhumibol dalam bentuk spanduk. Ternyata tidak hanya disini, di jalan, di mall, di ATM, dimana pun banyak ditemukan tulisan berisi duka yang mendalam atas wafatnya Raja yang dicintai rakyatnya beserta doa yang menyertai. Nama Raja Bhumibol memang tidak asing di telinga. Apalagi saat saya masih SD, beliau sudah menjadi raja, dan namanya paling mudah diingat saat harus menghapalkan di pelajaran IPS. Kata mama, bahkan Raja Bhumibol sudah menjadi raja ketika mama masih kecil. OMG 😱.

Ucapan duka untuk sang raja

Setelah dari Wat Arun kami menuju Gem Jewellery Factory. Konon katanya ini adalah factory permata terbesar di Bangkok. Anw, saya rasa mengunjungi tempat ini adalah bagian dari "pesan sponsor". Sama ketika saya diajak ke pabrik kulit di Turki dan pabrik ginseng di Korea. Dan kali ini saya tidak terjebak. Hahaha. Meskipun dibilang bahwa Thailand adalah penghasil permata terbaik 😂😂😂. Lebih karena ga ada duit sih 😅😅😅.

Gambar Ratu Sirikit

Di malam hari kami bermaksud ke Asiatique, namun dikarenakan mama lagi pingin nyari durian asli Bangkok, maka kami pun menghabiskan waktu berjalan-jalan di sekitaran hotel. Hotel kami berada di jalan Rakhaemnang gang 15 dan konon di gang 65 ada penjual durian monthong yang murah sekaligus tempat makan khusus muslim.

Ternyata di sepanjang jalan Rakhaemnang banyak sekali toko dan kaki lima.  Pembeli pun sama banyaknya dengan penjual. Saya benar2 takjub.

Di sepanjang jalan juga berjejer penjual buah-buahan yang harganya murah dan rasanya manis


Jalan Raekhamnang


Andalan saat hampir "drop"

Akhirnya sampailah kami di gang 63/65 setelah berjalan santai kurang lebih satu jam. Kalau menurut Google Maps seharusnya hanya setengah jam. Mungkin karena jalan kami termasuk santai. Karena kondisi sedang kurang fit,  saya sempat mampir ke seven eleven untuk mencari you c 1000, dan taraaa, alhamdulillah dapat juga. Botol sama design logonya hampir mirip.

Buah-buahan di sepanjang jalan harganya cukup murah. Bahkan untuk durian monthong dijual 95 bath per kg nya. Kami bisa dapat harga 180 bath untuk satu buah durian.  Durian dengan kulitnya ditimbang,  lalu dikupas dan diwadahi plastic.  Sebelum dikupas,  penjual menunjukkan isinya pada kita untuk dirasakan terlebih dahulu.  Apabila kurang manis,  maka kita boleh minta tukar sebelum dikupas.

Penjual durian

Di Ramkhamhaeng gang 63 terdapat sederetan tempat makan muslim. Bahkan pemilik dan pelayannya berhijab. Disini masakannya hampir mirip seperti masakan warteg. Dan uniknya, dia tidak menjual minuman. Tapi free air putih.  Di tiap meja terdapat ceret2 berisi air. Sedangkan di dekat jalan masuk,  terdapat gelas dan segalon es batu satuan lengkap dengan penyiduknya. Kita tinggal menyiduk es batu kemudian menempatkannya ke dalam gelas dan melengkapinya dengan air di meja masing-masing. Kali ini saya dan mama makan semacam ikan patin asam manis. Ditambah sayur yang dimasak ala capjay.  Ikan asam manisnya ternyata sangat asaaam. Kuahnya rasanya hampir mirip tom yam. Dua porsi nasi beserta lauk tadi seharga kurang lebih 180 bath.


warteg ala bangkok


dinner


Ketika kami pulang, kami membeli beberapa food street seperti cumi bakar dan jus jeruk tanpa air. Alhasil kami menenteng beberapa jajanan dan buah. Sebenarnya di seberang Ramhaekeng 63 itu terdapat pasar malam,  tapi karena sudah lelah akhirnya kami pulang ke hotel. Beberapa kaki lima sudah tutup ketika kami pulang ke hotel. Nampaknya jalan-jalan malam ini sungguh berkesan buat mama,  terutama karena kami mendapatkan pengalaman yang menarik.

Seafood bakar (food street)

Sari jeruk sunkist asli

Cumi-cumi bakar giling



Sabtu, 29 Juli 2017

Jalan-jalan Gratis ke Bangkok (Part 1)

Akhirnya, tulisan jalan-jalan yang diposting sebelum ini berakhir "mangkrak" karena saya lupa kelanjutannya. Hahaha. Dan sebelum berakhir lupa seperti perjalanan sebelumnya, maka saya segera menuliskan perjalanan yang masih fresh di dalam ingatan.

Kali ini adalah trip yang paling gak pernah terbayangkan seumur hidup : Jalan-jalan dari hasil menang undian. Gratis ! Padahal seumur-umur saya tidak pernah memenangkan kontes yang judulnya "undian". Dan syukurnya, hadiahnya berlaku untuk 2 orang. Yeaay. Kebetulan udah lama pingin ngajak mama jalan-jalan, tapi lagi ga punya duit. Alhamdulillah dapat rejeki anak sholehah.

Namanya juga menang undian. Rejeki harus disyukuri, meskipun dalam bentuk yang minimalis. Anw perjalanan kali ini sifatnya setengah backpacker. Hadiah yang kami terima adalah paket liburan 3H2M ke bangkok dengan menggunakan Air Asia. Yang include dalam paket hadiah adalah tiket pesawat untuk 2 orang, penginapan 2 malam, tour 1 hari. Jadi dikarenakan pesawat yang kita gunakan adalah Air Asia dan tour hanya 1 hari,  maka bisa dibilang perjalanan ini semi backpacker.

Perjalanan kali ini adalah backpacker pertama yang hanya berdua bersama mama. Entah kenapa sebenarnya saya sedikit merasa deg-degan backpacker berdua saja dengan mama yang sudah berusia 60 tahun lebih. Faktor deg-degan terbesar adalah khawatir mama merasa tidak nyaman. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar meskipun liburan kami tidak maksimal karena mempertimbangkan fisik mama.

HARI PERTAMA

Jadwal keberangkatan pesawat kami adalah jam 13.00 di terminal 2 dengan estimasi kedatangan jam 16.20 di Bangkok. Ternyata pesawat di delayed hingga jam 14.10 😥. Padahal udah ancang2 mau ke chocolate ville malamnya.  Hiks.

Gara2 delayed, kami pun sampai bandara Don Muang hampir jam 18.00 😭😭😭. Kemudian di pintu keluar saya segera mencari orang yang membawa papan nama saya untuk mengantar ke hotel. Namanya afifi. Ternyata Afifi tidak hanya menjemput saya, tapi total 3 rombongan. Terpaksa kami menunggu 2 rombongan lainnya.

Oh iya,  sebelum keberangkatan, ketika di bandara Soetta saya sempat merasa khawatir dengan paket internet setibanya di Bangkok. Meskipun kakak saya sudah memberitahu bahwa sesampainya di bandara ada yang menjual nomer setempat, tapi entah kenapa saya merasa khawatir. Apalagi karena membawa mama. Kalau ternyata ini itu, gimana, sedangkan paket internet saya disana tidak aktif. Akhirnya terpaksa saya mendaftar paket indosat 3 hari 250 ribu. Konon katanya paket akan aktif setibanya di negara tujuan.

Di bandara


Ternyata sesampainya saya di Bangkok, paket roaming indosat tidak kunjung aktif. Nah, disaat menunggu 2 rombongan lainnya itu saya melihat paket perdana setempat dijual. Paket yang dinamakan Paket Traveller ini seharga 199 bath untuk 4 hari dengan kuota 1GB. Ketika saya  sudah hampir membeli paket 4 hari, tiba-tiba mbaknya nawarin paket unlimited yang 299 bath, alhasil milih yang paket unlimited. Padahal mah kalo dipikir-pikir internetan unlimited mau ngapain aja. Hihihi. Menyesal karena gak beli paket yang murah. Makin menyesal  karena setelah beberapa jam kemudian, paket indosat nya aktif 😤😤😤😤.

Tidak beberapa lama kemudian, rombongan kedua yang jumlahnya 4 orang datang. Tinggal 1 rombongan lagi. Nah, ini part yang paling ngeselin. Kita menunggu rombongan terakhir ini lamaaa sekali. Nyaris jam setengah 8 malam dia belum juga muncul. Akhirnya di jam 8, kami minta untuk diantar ke hotel duluan.  Eh,  pas sudah mau keluar bandara, tiba-tiba sopirnya ditelp kalau disuruh balik ke bandara karena rombongan yang 2 orang sudah datang. Ah, gemes. Schedule jadi kacau gara-gara menunggu mereka.

Kami pun sampai di hotel hampir jam 9 malam. Karena tidak ingin membuang waktu, aku dan mama bersiap ke chocolate ville. Awalnya kami minta dipanggilkan taksi ke resepsionis hotel. Tapi ketika saya naik, menjelaskan, menunjukkan peta, si driver (entah pura-pura atau tidak) mengatakan bahwa dia tidak tahu tempatnya dan minta dipandu. Saya langsung memutuskan untuk keluar dari taksi dan memesan uber. Taksinya berwarna kuning. Kalau hasil dari ngobrol dengan sesama orang Indonesia di bandara waktu mau pulang, taksi kuning memang tidak recommended, yang recommended adalah taksi warna pink.

Tiba2 ibu rombongan kedua nawarin buat motoin.  Lumayan 😅

Mereka serombongan ada 4 orang dan bersaudara.
Menjadwalkan sesekali jalan2 bersama 👍

Proses pemesanan uber berlangsung lancar tanpa kendala bahasa. Kami mendapat mobil fortuner! Coba kalau di Indonesia, rata2 mobilnya avanza, xenia, avanza, xenia. Hahaha.

Akhirnya sampailah kami di Chocolate Ville sekitar jam 10 malam. Dikarenakan di google jam tutupnya adalah jam 00.00, maka kami santai saja poto2. Tapi ya kok sepi😅. Rasanya lebih banyak pegawai daripada pengunjungnya. Ada beberapa orang saya lihat masih berfoto ketika saya datang. Beberapa pelayan saya minta buku menu tapi malah saling tunjuk, bahkan ada yang menunjukkan ke cafe yang indoor. Entah maksudnya saya tidak boleh duduk di outdoor atau bagaimana. Di cafe indoor itu rupanya masih ada serombongan pengunjungnya (yang akhirnya pulang sekitar lima belas menit setelah kami duduk).

Waktu kami pulang lampu sudah dimatikan
Lampu sudah padam ketika kami pulang. 

Failed Selfie

Sepi

Muka lelah

Bluetooth mode on


Menu di restaurant ini sebenarnya tidak moeslem friendly. Disini terdapat menu babi dan wine. Namun karena mama sudah lapar akhirnya bismillah kami pun memesan fish and chips 😅.

Karena sudah larut malam. Ketika kami makan, lampu2 sudah mulai dipadamkan. Padahal masih jam 11 malam dan poto2nya belum kelar 😥. Berasa mau diusir gitu waktu beberapa lampu mulai dipadamkan.


Untung sempat foto waktu lampu masih nyala 

Seandainya datang lebih awal

Tripod bluetooth sudah disiapkan. Tapi apa daya potonya gagal mulu.
Terutama karena mama hobinya buru-buru.

Pengen poto disini juga 😥.
 Tapi kalo pergi berdua sama mama harus siap jadi fotografer,  bukan model 😅.

Kami pun pulang ke hotel menggunakan uber kembali. Dan kali ini mobilnya CR-V!! Untuk perjalanan dari hotel (jalan Ramkhamhaeng) ke chocolate ville, tarif uber sebesar 264 bath dengan kondisi jalan macet. Sedangkan pulangnya tarifnya 176 bath dengan kondisi jalan lancar.