Jumlah yang udah baca blog ini

Rabu, 30 Maret 2016

Korea Escape Getaway (Part 2)

Boarding pass yang sudah disobek :P
Akhirnya hari keberangkatan yang ditunggu tiba juga. Terus terang ini perjalanan ke luar negeri saya pertama kali bersama teman. Tapi tidak terlalu dag dig dug juga sih, lha wong pakai travel agent. Hihihi. Di hari keberangkatan kami sama-sama cuti untuk 5 hari ke depan. Dikarenakan perginya "diam-diam", maka Aida alasan cutinya ada acara keluarga, sedangkan saya pulang kampung ke Jember. Hahaha. 

Kami pun berkumpul di tempat yang sudah ditentukan sambil menunggu boarding pass kami diuruskan leader grup travelnya, namanya mbak Chintya. Jam keberangkatan hampir tengah malam, dimaksudkan agar kami sampai di Seoul tepat pagi hari dan siap untuk langsung jalan-jalan.

Sambil menunggu, kami makan malam dulu di restoran cepat saji. Sambil ngetes kamera SLR pinjaman. 
On picture : Aida

Iseng sambil nunggu boarding ke pesawat
Boarding jam 23.30 untuk keberangkatan 23.50 dengan Asiana Airlines
 ***


Perjalanan kami memakan waktu kurang lebih 7,5 jam perjalanan. Kami sampai di bandara Incheon sekitar pukul 08.50 waktu setempat. Perjalanan langsung dilanjutkan menggunakan bis menuju Propinsi Gangwon untuk menyebrang ke Pulau Nami atau Nami Island. 

Incheon......

Berhubung saya kurang update drama-drama Korea, sebenarnya saya kurang paham apa istimewanya pulau ini. Ternyata pulau ini mendadak menjadi tempat wisata yang terkenal karena memang dikelola oleh pemerintah setempat setelah kesuksesan drama Winter Sonata yang mengambil beberapa adegan di pulau ini. Beberapa spot di drama tersebut diabadikan dalam sebuah spot "layak foto" di pulau itu: seperti tempat bersepeda aktor pria dan wanita, tempat first kiss aktor pria dan wanita, serta spot paling populer yaitu pohon-pohon Ginkgo  berjajar rapi yang menjadi khas drama korea tersebut. Mengingat pulau yang menjadi tempat wisata karena sebuah drama, mungkin pulau ini nyaris seperti pulau di bangka belitung yang menjadi populer pasca film Laskar Pelangi. 

Pulau Nami memiliki nama asli Pulau Namiseom, yaitu pulau yang dibentuk sebagai hasil dari pembangunan bendungan Cheongpyeong dengan bentuk pulau setengah bulan. Disini terdapat makam Jemderal Nami, yang memimpin kemenangan besar melawan pemberontak di tahun ke 13 dari raja ke 7 Dinasti Joseon, Raja Sejo (pemerintahan 1455-1468).


Patung di ujung jalan di kanan saya adalah patung yang sengaja dibuat untuk mengabadikan scene di film Winter Sonata

Landmark paling nge hits di Pulau Nami

Katanya sih ini simbolisasi "Kasih Ibu Sepanjang Masa". Oww....

Aida di depan danau yang membeku

Ini juga tempat salah satu scene di drama Winter Sonata

Tempat scene "First Kiss" di drama Winter Sonata

Pulau Nami dilihat dari kapal Ferry

Belum bergaya timernya udah motret. Duh....

Ini pasti gara-gara orang Melayu sering kemari

Ini salah satu cara pengelola Pulau Nami "menghargai" berbagai bangsa yang sering berkunjung kemari

Pulau Nami memiliki jauh 63 km dari Seoul ke arah Chuncheon dan terkenal dengan jalan yang dikelilingi pohon berjajar yang indah. Pulau ini 30 menit dari Chuncheon dan satu jam dari pinggiran kota Seoul. Pulau ini seluas 553.560 kilometer persegi dengan dipenuhi pohon chestnut dan pohon poplar. Yang menarik adalah bahwa tidak ada tiang telepon disini. Hal ini dikarenakan semua kabel listrik sengaja dibangun dibawah tanah untuk menjaga kealamian pulau ini (sumber: http://english.visitkorea.or.kr/). 

Ini adalah jadwal ferrynya :

Operating Hours 
Ferry Schedule
07:30-09:00 (30 min intervals)
* First ferry: Departure from Gapyeong Naru 07:30 / Nami Naru 07:35
09:00-18:00 (10-20 min intervals)
18:00-21:40 (30 min intervals)
* Last ferry: Departure from Gapyeong Naru 21:40 / Nami Naru 21:45

Dan ini adalah biaya masuknya:

Admission Fees 
General Rate: Adults 10,000 won 
Discounted Rate: 8,000 won
* Discount is applicable with proper identification to:
- Middle/High school students
- Persons with a disability (Level 1-3)
- Seniors ages 70 years and older
- Foreigners (passport or alien registration card)

Special Rates: 4,000 won
* Special rate is applicable to:
- Children (infant - elementary school student)
- People purchasing late admission (Dec-Mar: after 18:10 / Apr-Nov: after 19:10)

Group Discount (groups of 20 people or more): 10%
* Kindergarten, school, or welfare institution group leaders receive 1 free ticket for each 20 children.

Disini kami sempat makan ayam bakar di rumah makan yang terdapat di Pulau Nami ini. Untungnya selama perjalanan kami tidak disuguhkan makanan non-halal, berdasarkan permintaan sekelompok orang di rombongan kami. Alhamdulillah. Kali ini kami makan ayam panggang.


Sayang sekali kami tidak terlalu lama di pulau ini. Selain dikarenakan mengejar jadwal Ferry, kami juga harus mengefisienkan waktu untuk mengunjungi tempat selanjutnya.

Kapal Ferry yang mengangkut penumpang dari dan ke Pulau Nami

Di dalam kapal ferry

Di luar kapal ferry



***

Tujuan kami selanjutnya setelah dari Pulau Nami adalah Mount Seorak. Mount Sorak ini adalah kawasan pegunungan dimana di puncak tertingginya terdapat Shinhungsa Temple dan The Great Bronze. Seandainya saat kedatangan kami bukan di musim dingin, mungkin pemandangan di Mount Seorak akan terlihat lebih indah, terutama di musim gugur ketika daun-daun berubah warna. Sayangnya hanya salju saja yang terlihat disini ketika musim dingin. Bahkan kami tidak memungkinkan mencapai puncak tertinggi karena tangganya tertutup salju.








Tapi, inilah konsekuensi kami yang mengadakan perjalanan di musim dingin, Keuntungannya adalah kami merasakan hujan saljuuu !!! Cukup norak ya. Tapi buat kami yang tinggal di negara tropis, merasakan hujan salju adalah hal yang membahagiakan. Ketika kalian berniat mengunjungi daerah bersalju disarankan untuk menggunakan sepatu boots yaa, agar dasar sepatu dapat mencengkeram es yang membeku dengan kuat, dan tidak terpeleset karena es yang mencair. Kami pun sebenarnya sudah paham tentang aturan itu, namun apa daya, untuk beli sepatu boots sayang duitnya, apalagi kalau nantinya hanya dipakai sekali saja. Alhasil kami pun menggunakan sepatu kets selama perjalanan. Cukup nyaman ketika harus berjalan jauh, namun jika sedang tidak beruntung kami sedikit tergelincir karena licin. Hehehe.

Mount Seorak memiliki arti sebagai berikut: ('Seol' yang berarti 'salju' dan 'Ak' yang berarti 'gunung besar') karena salju tidak meleleh untuk waktu yang lama sehingga batu dalam keadaan permanen putih. Pada bulan November 1965, distrik Gunung Seorak ditetapkan sebagai area pelestarian Monumen Alam. Setelah itu pada bulan Desember 1973, itu ditetapkan sebagai kawasan pelestarian taman, dan pada bulan Agustus 1982, sebagai Biosphere Pelestarian District oleh UNESCO.

Taman Nasional ini meliputi 4 kota dan kabupaten: Sokcho, Inje, Goseong dan Yangyang. Puncak tertinggi adalah Daecheongbong; ke timur adalah OeSeorak dan ke barat adalah NaeSeorak, yang terbagi lagi menjadi NaeSeorak Utara dan Selatan NaeSeorak. Utara NaeSeorak terdiri dari Bukcheon, yang mengalir ke Ingyecheon dan Baekdamcheon sungai. Ada banyak lembah di NaeSeorak. Ketika kita mengikuti lembah Baekdamcheon dimana semua aliran bertemu, maka akan mencapai Baekdamsa Temple, yang dikenal karena pemandangan yang indah (sumber: english.visitkorea.or.kr).

***

Sepulang dari Mount Seorak kami pun menginap di resort yang tidak jauh dari lokasi, yaitu Delpino Resort. Kamar-kamar di resort ini cukup luas. Kami mendapat kamar yang terdiri dari: 2 kamar tidur (kamar modern dan kamar tradisional Korea), ruang menonton TV, dapur, dan toilet. Perabotan dapur pun lengkap, selain kompor terdapat pula pemanas air, lumayan untuk menyeduh mie gelas yang kami bawa dari Indonesia. Kami pun meminum tolak angin berulang kali untuk menghindari masuk angin karena cuaca yang cukup ekstrim.



Dikarenakan besok kami akan mengunjungi taman bermain Everland, dimana tidak akan disediakan makan siang, sedangkan kami khawatir atas kehalalannya jika membeli makanan secara bebas, maka kami pun belanja camilan di supermarket yang berada di lantai bawah resort. Kami membeli beberapa roti dan SUSU PISANGG !!! Namanya Bingrae Banana Milk. Katanya sih, ini minuman yang wajib dibeli ketika mengunjungi Korea Selatan. Ternyata rasanya enaaakkk. Susu pisang tapi susunya terasa soft, tidak eneg. Ternyata di negara ini sudah berlaku #dietkantongplastik. Agak syok juga ketika kami tidak mendapatkan kresek meskipun membeli beberapa item dan si kasir membiarkan kami bengong begitu saja. Untung kami masih sanggup membawanya dengan mendekap barang-barang belanjaan kami.

Resort ini menyediakan air mineral galon di setiap lorong-lorongnya, dan menyediakan wifi di lobbynya. Kami pun segera "berburu" wifi ke lobby hotel dan rela kedinginan dari angin semiliir yang masuk demi "membaca pesan dari kantor". Ternyata benar, berderet pesan via whatsapp dan BBM bergantian masuk membahas "pekerjaan". Kami pun terpaksa menahan dingin yang semakin terasa. Bahkan ketika saya melihat ke sekitar, ternyata hanya beberapa orang saja yang rela berdingin-dingin di lobby yang setengah terbuka hanya demi wifi gratis. Ya ampun.... Lorong hotel pun terasa sepi ketika kami berjalan kembali ke kamar. Sedikit horor untuk resort sebesar itu.


  






Korea Escape Gateway (Part 1)




Menjalani hidup sebagai karyawan bank yang berhubungan langsung dengan nasabah nyaris 24 jam, pada suatu titik serasa membutuhkan rehat sejenak. Sebagai seorang "relationship manager", saya harus siap selama 7x24 jam dihubungi oleh nasabah maupun atasan untuk urusan pekerjaan. Saya harus siap saat dihubungi seorang prime nasabah yang atm nya tertelan di hari Minggu, harus siap menjawab bbm babeh bos diatas jam 10 malam untuk membahas pekerjaan, bahkan harus siap masuk kantor untuk komite direksi di saat masih cuti. Terkadang rasa-rasanya handphone ingin saya matikan sejenak, tapi apa daya tugas dan profesionalitas memanggil. Hahaha ..........

***

Kemudian di suatu akhir tahun yang "hectic", tiba-tiba atasan saya memberikan "angin segar" dengan menanyakan saya dan Aida (seorang teman kantor), pertanyaan yang tidak biasa, "Kalian gak pingin liburan ke luar negeri ?"

Wow, tumben pak boss menawarkan untuk cuti, di saat cuti bagi kami adalah sesuatu yang langka (alasan cuti harus jelas dan benar-benar penting). Usut punya usut ternyata beliau awal tahun akan mengadakan perjalanan ke Thailand karena diajak oleh Area Manager. Tidak hanya beliau, tapi seluruh Branch Manager di wilayah kerja kami.

Saya dan Aida pun segera "googling" tiket murah. Kebetulan saat itu bulan November dan di negara empat musim sedang memasuki musim dingin. Berdasarkan hasil "pencarian", ternyata high season berada pada bulan Desember hingga tanggal 1 Januari (tahun baru), dimana saat itu tiket pesawat akan mahal karena tingginya permintaan untuk liburan akhir tahun, sedangkan tanggal-tanggal setelahnya termasuk kategori low season karena orang malas bepergian di musim dingin dan para pelancong justru baru pulang dari liburan tahun baru. Kebetulan sekali kami tidak memungkinkan mengambil cuti di akhir tahun karena saat itu adalah saat pekerjaan begitu menumpuk.

Saya dan Aida memutuskan mencari destinasi ke negara empat musim dikarenakan mumpung babeh boss sedang baik hati, sekalian aja pergi yang jauh. Hihihi. Kalau perlu kita tidak usah membeli nomor handphone di negara tujuan, biar tidak "diganggu" pekerjaan dan cukup mengandalkan wifi setempat. 

Terus terang kami berdua tidak memiliki track record backpaker sama sekali. Bahkan kami pun belum pernah menjelajahi negara tetangga sekali pun, meskipun sebelumnya saya pernah mengunjungi tanah suci (Mekah dan Madinah) dan negara Turki. Pikir kami, nanggung kalau liburan dekat-dekat. Dulu pernah saya ingin berpetualang ke negeri tetangga, tapi tak kunjung mendapatkan teman perjalanan, dikarenakan rata-rata teman saya adalah anak perantauan di Jakarta, sehingga mereka lebih memilih "spend money" untuk tiket mudik dibandingkan tiket untuk jalan-jalan.

***

Di sebuah situs maskapai low cost pun kami menemukan tiket murah ke Jepang. Nah, pertanyaan selanjutnya, apakah kami akan backpaker? Saat itu kami langsung teringat seorang teman yang sedang melanjutkan kuliah di Jepang (dia kebetulan teman SD, SMP, SMA saya dan ternyata kakak tingkat Aida di kampus, ah dunia sempit sekali). Saya pun segera mengirimkan message kepada si teman untuk mendapatkan "guidance" menjelajahi negeri sakura. Ternyata si teman responnya lamaa sekali. Meskipun akhirnya dijawab, namun kami menyimpulkan, dia bukan "penasehat" yang tepat untuk perjalanan ini.

Saya pun langsung teringat kakak saya yang tahun lalu backpaker ke Jepang dengan suaminya. Dikarenakan dia adalah karyawan sebuah maskapai penerbangan, maka dia mendapatkan fasilitas tiket pesawat 0% yang kemudian dia manfaatkan liburan ke Jepang. Si kakak pun langsung merespon cepat via email. Dikirimlah itinerary lengkap beserta jadwal bis dan kereta. Sunggguuuh detailll. Tentunya termasuk cost yang dikeluarkan disana. Itinerary ini nantinya juga berfungsi untuk apply visa. Apply visaaa ?!!! Kita baru sadar kalau begitu banyak tetek bengek yang harus kami persiapkan untuk yang namanya backpaker. Sedangkan kami hanya punya 2 bulan !!! Well, mungkin seharusnya 2 bulan itu cukup untuk googling sana sini, booking sana sini, tapi kaaaan, kami super sibuk. Hahaha. 

"Ini sih ibarat kita mau ujian besok, kita baru dapat materinya hari ini.... !!!" seru Aida. Nampaknya dia keberatan jika kami backpaker.

Sorenya iseng kami ke travel agent yang letaknya sebrang-sebrangan dengan kantor kami. Kami ditawarkan beberapa opsi destinasi termasuk ke Korea Selatan. Kebetulan ada paket bulan Januari 2014 yang harganya lumayan miring. Ups, mata kita langsung condong ke harga miring. Akhirnya diputuskan bahwa destinasi kami berubah ke Korea Selatan.




***

Travel agent ternyata memiliki batasan minimal dan maksimal jumlah peserta. Dikarenakan kami terlalu banyak berpikir, alhasil paket di bulan Januari itu pun full terisi. Kami pun harus memilih tanggal selanjutnya, yaitu di bulan Februari. Ya suddahlah, demiii..... 

Dikarenakan tujuan kami selain jalan-jalan juga untuk merasakan salju, sedangkan di bulan Februari itu sebenarnya musim dingin sudah hampir berakhir, maka kami memilih paket tour yang memiliki tujuan ke Mount Seorak. Katanya sih, cuma di gunung itu saja yang saljunya masih lumayan lebat di bulan Februari. Akhirnya kami tetap memilih bulan Februari tetapi dengan travel agent lain di daerah SCBD.

Kami pun tidak sabar lagi menunggu tanggal keberangkatan......

Can't wait.......
Tanggal 19 Februari 2014 adalah tanggal yang ditunggu-tunggu. Menuju hari H, banyak persiapan yang harus kami lakukan: dokumen kelengkapan visa, tranfer uang pembayaran, dan berburu perlengkapan musim dingin (hal ini akan saya ceritakan di post khusus). Persiapan paling menghebohkan adalah persiapan apply visa. Untunglah kami cukup menyiapkan kelengkapan dokumen dan pihak travel yang menguruskan. Tetapi dikarenakan kami perginya "diam-diam", dimana hanya babeh boss, teman yang kami limpahi pekerjaan, dan seorang personalia yang tau, maka pembuatan Surat Keterangan Bekerja cukup menegangkan. Hahaha. Biasanya surat keterangan resmi yang keluar dari kantor kami ditandatangani oleh dua orang pejabat, yaitu: Branch Manager dan Operation Manager. Untunglah kami dapat ide untuk membuat Surat Keterangan Bekerja cukup tanda tangan babeh boss, tidak perlu tanda tangan Operation Manager. Kami sedikit malas menjawab pertanyaan panjang seperti:  "Mau kemana?" "Wah, oleh-oleh yaa" "Waah, enak nih jalan-jalan. Kerjaan disini gimana ?". Alhamdulillah meskipun ditandatangani atasan saja, kami lulus mendapatkan visa. Mutasi rekening kami yang "secukupnya" juga lulus dengan selamat.

Untuk perjalanan "diam-diam" ini pun kami membuat kesepakatan bahwa kami tidak boleh memposting apapun tentang perjalanan ini di sosial media manapun sebelum keberangkatan dan selama keberangkatan. Semakin banyak orang yang tahu, justru membuat perjalanan ini tidak menenangkan, karena tujuan kami adalah refreshing.