Jumlah yang udah baca blog ini

Rabu, 11 Mei 2016

Hope to see you again, Istanbul (Part 5-The End)

Di hari keempat atau hari terakhir di Istanbul ini kami akan makan-makan di Local Fish Restaurant, Tour Selat Bosphorus, dan kemudian bersiap terbang ke Madinah untuk melanjutkan perjalanan umroh di Mekah. 
Perjalanan pertama kami adalah makan siang di restaurant yang terletak di Pasar Ikan Istanbul (tentunya kami sudah breakfast di hotel dan menghabiskan waktu bebas hingga waktu keberangkatan yaa...). Di Pasar Ikan ini terdapat banyak sekali restauran seafood dan berjejer sepanjang area. Kami pun berhenti di sebuah restaurant bernama Kosem Kumkapi. Seperti layaknya pilihan menu seafood di Indonesia, kami pun makan beberapa menu seafood seperti ikan, udang, dan jenis lainnya. Sayangnya saya lupa, menu apa saja yang saya makan. Hihihi.


***

Sebuah masjid di tepi Selat Bosphorus
Selesai makan siang, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Selat Bosphorus untuk menikmati Bosphorus Cruise alias tour menikmati Selat Bosphorus menggunakan kapal ferry. 

Seperti yang saya jelaskan pada postingan sebelumnya, Selat Bosphorus ini adalah selat yang memisahkan antara Turki Asia dan Turki Eropa serta menghubungkan Laut Marmara dengan Laut Hitam. Selat ini memiliki panjang 30 km, dengan lebar maksimum 3.700 meter pada bagian utara, dan minimum 750 meter antara Anadoluhisarı dan Rumelihisarı. Kedalamannya bervariasi antara 36 sampai 124 meter.

Terdapat dua jembatan yang  dapat digunakan untuk menyeberangi Selat Bosporus, yang pertama adalah Bosphorus Bridge dengan panjang 1.074 meter dan diselesaikan pada 1973 dan Jembatan Fatih Sultan Mehmet dengan panjang 1.090 meter yang diselesaikan pada 1988 dan terletak sekitar 5 km sebelah utara jembatan pertama.

Bosphorus Cruise ini adalah cara yang paling menyenangkan untuk menikmati Istanbul. Menikmati keindahan Istanbul Asia dan Istanbul Eropa di sisi sebelah kiri dan kanan dengan keindahan yang berbeda dan ditemani udara sepoi-sepoi musim semi (lebih nyaris ke dingin sih) ditambah langit yang cerah, akan membuat kita lantas menggumam "Maka nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan."

Rumah-rumah mewah
Ketika menyusuri Selat Bosphorus, kita akan dapat melihat beberapa bangunan bersejarah yang terlihat dari selat, diantaranya adalah Blue Mosque yang menjulang tinggi, Istana Dolmabahce, Istana Topkapi, Maiden Tower, Masjid Ortakoy, dan Benteng Rumeli Hisari. Bahkan kita juga dapat melihat rumah-rumah mewah di tepian selat serta kapal-kapal pesiar mewah yang sedang berlabuh.

Jika menonton sinetron Turki, Canzu dan Hazal, pasti kita memperhatikan rumah Canzu yang mewah itu di tepian Selat Bosphorus. Hanya orang super kaya saja yang bisa memiliki rumah di tepian Selat Bosphorus ini karena harganya bisa mencapai ratusan milyar rupiah. 

Kapal pesiar yang sedang berlabuh
Kapal pesiar yang sedang berlabuh
Untuk kapal pesiar yang terlihat berlabuh di Selat Bosphorus ini adalah kapal pesiar yang sedang berkeliling dunia dan singgah di beberapa kota. Biasanya kapal ini merapat di suatu kota selama beberapa hari lalu kemudian melanjutkan perjalanannya lagi mengelilingi dunia. Mantaapp....



Restaurant mahal diatas "pulau" buatan
Bendera Turki di puncak bukit
Jika memperhatikan secara detil di sepanjang Selat Bosphorus, terdapat banyak sekali bangunan, bahkan restaurant sekalipun yang mengibarkan bendera kebangsaan Turki. Menurut local guide kami, pemerintah Turki memang mewajibkan untuk mengibarkan bendera tersebut di beberapa tempat guna menumbuhkan rasa nasionalisme pada rakyatnya. 

Maiden Tower dari kejauhan
Meiden Tower atau yang memiliki nama lain Leander Menara atau Tower of Leandros berada di ujung selatan Selat Bosphorus. Pada zaman Bizantium dan jaman kekhalifahan Ottoman (Utsmaniyah) menara ini sempat menjadi menara pemantau masuknya kapal-kapal ke perairan Turki. Kemudian sekitar tahun 1731 dan 1734 menara ini berubah fungsi menjadi menara mercusuar dan sempat menjadi stasiun karantina. Saat ini menara ini menjadi kafe dan restoran yang populer dan mahal. Jika menonton drama Turki yang berjudul Shehrazat, pada scene pembukanya selalu nampak gambar menara ini.


Jembatan Galata
Jembatan Galata adalah jembatan yang tidak boleh dilewatkan jika berkunjung ke Turki dengan cara backpaker. Jembatan yang menghubungkan old city dan modern city di Istanbul ini dibangun pada tahun 1836. Sampai dengan tahun 1980-an tempat ini masih terkenal sebagai tempat pembuangan limbah industri. Akan tetapi setelah dibersihkan, jembatan ini justru ramai dikunjungi wisatawan. Jembatan yang terletak pada Golden Horn ini bagian tengahnya sering dilalui kapal-kapal. Kemudian pada satu tingkat di bawah jembatan terdapat banyak kedai makanan atau restauran yang menyediakan seafood. Menyantap seafood dengan suguhan pemandangan yang indah, tentunya adalah hal yang tidak boleh dilewatkan jika memiliki waktu lebih untuk mengeksplore Istanbul. Kami pun melihat banyak orang memancing ikan di atas jembatan galata.





***

Setelah packing barang-barang, kami pun bersiap meninggalkan Istanbul untuk melanjutkan ibadah umroh. Dikarenakan waktu check in pesawat yang masih lama, kami pun mengunjungi mall dekat Bandara Attaturk yang bernama Marmara Forum. Terus terang mallnya sepiii sekali. Mungkin karena jauh dari pusat kota ya. 



Eh, ada jatomi. Sama nggak ya kayak jatomi fitness di kuningan city tempat kita pulang kantor ?
***

Ternyata kami sampai di bandara sekian jam lebih cepat. Hal ini untuk mengantisipasi kemacetan kota Istanbul yang konon hampir sama dengan jakarta. Dikarenakan kami pun belum mendapatkan boarding pass-nya, maka kami pun tidak tahu kapan jadwal keberangkatan pesawat kami. Akhirnya kami hanya duduk-duduk manis di ruang tunggu sampai dipanggil oleh pendamping tour kami, yaitu A'deda, adik dari Aa'gym.

Ternyata waktu menunggu lebih lama dari yang saya bayangkan. Kerongkongan pun mulai haus. Sayangnya saya tidak menemukan kran dengan air siap minum seperti di bandara changi. Sialnya juga, uang turki lira sengaja saya habiskan sebelum bertolak ke Madinah karena malas menyimpan uang asing atau menukarkan uang asing yang sudah tidak digunakan lagi.  

Saya pun menghabiskan waktu dengan berkeliling bandara sambil berpikir dengan kerongkongan yang haus. Alhasil dengan berat hati saya pun menggunakan kartu kredit saya untuk "pertama kalinya berbelanja" di merchant cafe bandara (sebelumnya saya hanya menggunakan untuk membeli tiket pesawat online). Saya pun hanya membeli 3 botol air mineral ukuran 500 ml (yang setelah dikonversi ke rupiah senilai Rp. 64.000). Sebenarnya saya sempat melirik turkish delight di duty free bandara dan tergoda lagi untuk berbelanja menggunakan kartu kredit. Tapi syukurlah saya masih kuat iman untuk tidak berbelanja lagi. Hahaha.





"HOPE TO SEE YOU BACK IN ISTANBUL SOON"............ INSHAALLAH....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar