Jumlah yang udah baca blog ini

Minggu, 10 April 2016

Hope to see you again, Istanbul (Part 2)

Akhirnya tibalah hari keberangkatan. Rute perjalanan kami kali ini adalah Jakarta > Singapura (transit) > Istanbul > Makkah > Madinah > Istanbul (transit) > Jakarta. Lama perjalanan umroh plus Turki kali ini kurang lebih 12 hari. Dikarenakan saya hanya mendapat jatah cuti umroh selama 9 hari, maka sisanya memotong jatah cuti tahunan saya. Dan untuk perjalanan saya ke Turki tidak ada yang mengetahuinya di kantor selain atasan saya dan orang yang saya limpahi pekerjaan. Hehehe. Kami akan menghabiskan 4 hari di Istanbul.

Kami berangkat jam 19.50 dari Cengkareng dengan menggunakan Turkish Airline. Perjalanan normal jakarta-istanbul adalah 14 jam, tetapi pesawat kami harus transit di Singapore sekitar 1 jam. Kami sampai di Attaturk Airport Istanbul pagi-pagi sekali. Seorang local guide menyambut kami. Namanya Abdur Rozak. Bahasa Indonesianya lancar meskipun harus terbata-bata ketika mengucap kata yang memiliki huruf “N” dan “G” yang bertemu alias "NG".

My lovely mom and dad
Kota Istanbul adalah kota yang berada dalam dua benua, yaitu benua Asia dan Eropa, sedangkan Attaturk Airport berada pada sisi benua Eropa. Sesampainya dari bandara, kami langsung diajak ke Marina Restaurant (B&N Kitchen) untuk sarapan. Dikarenakan judulnya adalah "Breakfast", maka sarapan kami pun ala-ala orang barat, yaitu roti, selai, dan telur. Padahal ini saya namakan camilan, bukan sarapan. Hahaha. Untungnya selai strawberry yang disajikan sungguh nikmat. Strawberrynya masih nampak beberapa potongan utuh di dalamnya yang menunjukkan bahwa selai ini bukan buatan pabrik. 


 ***

Setelah sarapan kami langsung menuju Ayyub Al Ansari Mosque. Disini saya sempat takjub dengan masjid yang ramai dikunjungi beberapa orang bahkan termasuk non muslim. Dimana ketika non muslim mengunjungi tempat ini maka mereka wajib menggunakan pakaian yang sopan dan memasang pasmina di kepala mereka layaknya kerudung. Adapun pasmina tersebut dipinjamkan di pintu masuk masjid dan dikembalikan jika sudah selesai. 

Di suatu sudut halaman masjid nampak sebuah makam yang dilindungi teralis dimana tampak beberapa orang berdiri sambil berdo'a dan menangis. Bahkan almarhum ayah pun sempat menitikkan mata mengingat kisah Ayyub Al Ansari. Siapakah Ayyub Al Ansari ?

Ayuub Al Ansari ternyata adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang luar biasa. Sewaktu utusan Madinah pergi ke Makkah untuk berbaiat dalam baiat Aqabah Kedua, Abu Ayub Al-Anshari termasuk di antara 70 orang Mukmin yang mengulurkan tangan kanan mereka ke tangan kanan Rasulullah serta menjabatnya dengan kuat, berjanji setia dan siap menjadi pembela. Dan dialah yang beruntung rumahnya ditempati oleh Rasulullah di saat Rasulullah baru hijrah ke Madinah.

Sejak orang-orang Quraisy bermaksud jahat terhadap Islam dan berencana menyerang Madinah, sejak itu pula Abu Ayub mengalihkan aktifitasnya dengan berjihad di jalan Allah. Ia turut bertempur dalam Perang Badar, Uhud dan Khandaq. Pendek kata, hampir di tiap medan tempur, ia tampil sebagai pahlawan yang siap mengorbankan nyawa dan harta bendanya.

Semboyan yang selalu diulang-ulangnya, baik malam ataupun siang, dengan suara keras atau perlahan adalah firman Allah SWT,"Berjuanglah kalian, baik di waktu lapang, maupun waktu sempit..." (QS At-Taubah: 41).

Sewaktu terjadi pertikaian antara Ali dan Muawiyah, Abu Ayub berdiri di pihak Ali tanpa sedikit pun keraguan. Dan kala Khalifah Ali bin Abi Thalib syahid, dan khilafah berpindah kepada Muawiyah, Abu Ayub menyendiri dalam kezuhudan. Tak ada yang diharapkannya dari dunia selain tersedianya suatu tempat yang lowong untuk berjuang dalam barisan kaum Muslimin.

Demikianlah, ketika diketahuinya balatentara Islam tengah bergerak ke arah Konstantinopel, ia segera memegang kuda dan membawa pedangnya, memburu syahid yang sejak lama ia dambakan.

Dalam pertempuran inilah ia menderita luka berat. Ketika komandannya datang menjenguk, nafasnya tengah berlomba dengan keinginannya menghadap Ilahi. Maka bertanyalah panglima pasukan waktu itu, Yazid bin Muawiyah, "Apakah keinginan anda wahai Abu Ayub?"

Abu Ayub meminta kepada Yazid, bila ia telah meninggal agar jasadnya dibawa dengan kudanya sejauh jarak yang dapat ditempuh ke arah musuh, dan di sanalah ia akan dikebumikan. Kemudian hendaklah Yazid berangkat dengan balatentaranya sepanjang jalan itu, sehingga terdengar olehnya bunyi telapak kuda Muslimin di atas kuburnya, dan diketahuinya bahwa mereka telah berhasil mencapai kemenangan.

Dan sungguh, wasiat Abu Ayub itu telah dilaksanakan oleh Yazid. Di jantung kota Konstantinopel yang sekarang yang sekarang bernama Istanbul, di sanalah terdapat pekuburan laki-laki besar.

Hingga sebelum tempat itu dikuasai orang-orang Islam, orang Romawi dan penduduk Konstantinopel memandang Abu Ayub di makamnya itu sebagai orang suci. Dan yang mencengangkan, para ahli sejarah yang mencatat peristiwa-peristiwa itu berkata, "Orang-orang Romawi sering berkunjung dan berziarah ke kuburnya dan meminta hujan dengan perantaraannya, bila mereka mengalami kekeringan."

Jasad Abu Ayub Al-Anshari masih terkubur di sana, namun ringkikan kuda dan gemerincing pedang tak terdengar lagi. Waktu telah berlalu, dan kapal telah berlabuh di tempat tujuan. Abu Ayub telah menghadap Ilahi di tempat yang ia dambakan. (sumber: Republika)

***

Setelah dari masjid Ayyub Al Ansari kami melanjutkan perjalanan ke Hagia Sophia. Hagia Sophia memiliki nama lain Aya Sofya (bahasa Turki). Banyak hal yang menarik dari Hagia Sophia ini dan sungguh setelah mengetahui sejarah Hagia Sophia ini ada berbagai perasaan berkecamuk di dalam hati, antara terharu, bangga, dan sedih. Saya selalu merinding ketika mendengar kisah penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al-Fatih. 


Sisa-sisa benteng Kostantinopel
Kontantinopel adalah ibukota kekaisaran Romawi. Kekaisaran Romawi telah berlangsung hampir selama 1.500 tahun. Dikarenakan Benteng Kontantinopel memiliki pertahanan yang kuat, tidak ada yang mampu menaklukkannya bahkan dari jaman sahabat Rasulullah. Bahkan Rasulullah pernah bersabda bahwa benteng itu akan ditaklukkan seorang pemimpin yang merupakan sebaik-baiknya pemimpin dan tentaranya adalah sebaik-baiknya tentara.



Sisa-sisa benteng Kostantinopel
Muhammad Al Fatih adalah Sultan dari Kerajaan Utsmani yang sejak kecil telah memiliki impian untuk menaklukkan benteng Konstantinopel dan di usianya yang ke 21 tahun dia memimpin pasukannya untuk menyerang konstantinopel. Dia membawa lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel dari darat. Namun upaya penyerangan dari darat tidak juga berhasil karena kuatnya pertahanan benteng tersebut bahkan banyak pasukan Utsmani yang gugur.



Sisa-sisa benteng Kostantinopel
Muhammad Al Fatih menemukan kelemahan pertahanan Romawi adalah pada Golden Horn, namun daerah tersebut merupakan selat sempit yang dilindungi rantai besar sehingga kapal perang ukuran kecil pun tidak bisa masuk. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali dengan melintasi rantai tersebut. Akhirnya Muhammad Al Fatih melakukan cara dengan memerintahkan pasukannya menarik dan menggotong kapal mereka melalui jalan darat, melewati pegunungan. Dalam semalam 70 kapal laut pindah dari selat Bosphorus menuju selat Golden Horn, untuk kemudian melancarkan serangan tidak terduga yang berakhir dengan kemenangan yang dinanti berabad-abad. Sungguh mereka adalah sebaik-baiknya pemimpin dan sebaik-baiknya tentara.

Tiket masuk
Gambar sakral gereja
Sejarah Hagia Sophia juga berkaitan dengan perjuangan Muhammmad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel. Ketika kemudian terjadi perpindahan kekuasaan dari kerajaan Romawi kepada kesultanan Utsmaniyah, terjadi juga perubahan fungsi dari Hagia Sophia yang awalnya sebagai gereja menjadi sebuah masjid. Berbagai modifikasi dilakukan agar bangunan menyerupai masjid, dimana diantaranya adalah menutupi simbol kristen dengan cat dan membangun beberapa menara.


Dan hal yang membuat saya sedih adalah ketika terjadi masa peralihan Turki dari masa Kesultanan ke masa Turki sekuler yang ditandai dengan munculnya Mustafa Kemal Ataturk yang membuat beberapa kebijakan yang sekuler. Pada tahun 1937 Mustafa Kemal Ataturk mengubah status Hagia Sophia menjadi sebuah museum. Beberapa bagian dinding dan langit-langit dikelupas dari cat-cat kaligrafi hingga diketemukan kembali lukisan-lukisan sakral Kristen. Sejak saat itu Hagia Sophia menjadi salah satu obyek wisata di Turki yang memiliki gaya arsitektur Bizantium (Romawi) yang mempesona.

Adapun Turki sendiri sejak pemerintahan Mustafa Kemal Atatturk benar-benar menjadi negara yang sekuler dan kebarat-baratan. Bahkan beberapa anak mudanya telah jauh dari agama Islam dan terdapat kecenderungan tidak menganut agama apapun (menurut informasi dari local guidenya). Untunglah sejak pemerintahan saat ini, pemerintah mulai menumbuhkan nilai islami kembali. Bahkan mereka sedang mengupayakan agar Hagia Sophia dapat berubah fungsi kembali menjadi masjid.



Hagia Sophia atau Aya Sofya


Gambar malaikat di dua sisi atas dan kaligrafi di dua sisi bawah


***

Sepulang dari Hagia Sophia kami mengunjungi sebuah pabrik jaket kulit, namanya Tol & AR Leather. Ketika baru masuk ke dalam toko, kami langsung diarahkan masuk ke sebuah ruangan besar. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah panggung yang biasa digunakan untuk catwalk dilengkapi dengan kursi-kursi penonton. Kami pun dipersilahkan duduk seperti akan menikmati sebuah pertunjukan. Kami disuguhi segelas minuman sambil menunggu pertunjukan dimulai.




Tiba-tiba muncul seseorang laki-laki tampan (kayaknya semua orang di Turki ganteng-ganteng dan cantik-cantik deh, termasuk tukang sapu sekalipun) berdiri di atas panggung seolah-oleh sebagai MC. Dia adalah bagian dari pertunjukan yang akan ditampilkan di panggung tersebut. Kemudian dia mulai memperkenalkan Tol & AR Leather. Dia menjelaskan bahwa Tol & AR adalah pabrik jaket kulit terbaik di Turki (katanya). Bahkan beberapa produknya digunakan oleh merk fashion ternama dunia tetapi dengan diganti merknya menjadi merk fashion ternama tersebut. Mereka mengklaim bahwa jaket kulitnya memiliki kualitas super, sampai-sampai si MC memperagakan adegan meremas-remas jaket di tangannya sampai kusut kemudian mengibas-ngibaskan lagi. Dan jaket tersebut tetap mulus alias tidak kusut !!! Dia mengklaim jaket tersebut dibuat dari kulit domba yang super tipis.

Tidak lama kemudian pertunjukan dilanjutkan dengan fashion show produk jaket kulit mereka. Beberapa pria tampan dan wanita cantik berlenggak-lenggok diatas catwalk. Bahkan salah seorang anggota rombongan kami diajak ke atas panggung untuk ikut memeragakan.

Setelah pertunjukan, kami diajak ke ruangan lainnya, yaitu ruangan display produk mereka. Terdapat dua bagian disana, yaitu jaket yang masih "up to date" dan jaket yang "out of date". "Out of date" disini mereka artikan bahwa jaket tersebut sudah tidak mengikuti musim lagi (disinilah kecenderungan negara 4 musim yang harus selalu mengganti fashion sesuai musim). Jaket-jaket "out of date" dibanting harganya dan disamaratakan seharga 300 USD. Sedangkan jaket-jaket yang masuk kategori "up to date" dihargai harga normal (saya melihat harga di webnya sekitar 580 EURO sampai 3.600 EURO).

Saya menemukan jaket yang bagus sekali, sayangnya ketika saya memegang label harganya saya sedikit syok dengan harga sebesar 700 USD. Beberapa produk di area "up to date" memang cenderung lebih bagus dibanding yang "out of date". Kalau dipikir-pikir sekarang, kayaknya yang "out of date" itu pantas disebut produk yang tidak laku dibanding produk yang lewat musim. Tapi parahnya saya terjebak di area ini dengan membeli 2 jaket kulit, yaitu buat saya dan adik saya. Hiks. Waktu itu saya berpikir tidak apalah beli ini buat kenang-kenangan dari Turki, daripada beli coat yang kayaknya bakal gak kepakai di Indonesia. Dan untuk pertama kalinya jaket tersebut saya gunakan waktu ke Korea Selatan. Hahaha...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar