Jumlah yang udah baca blog ini

Jumat, 15 April 2016

Hope to see you again, Istanbul (Part 3)

Hari kedua di Istanbul kami akan mengunjungi Blue Mosque, Hippodrome, Topkapi Palace, dan Grand Bazaar.

Blue Mosque
   
Blue Mosque
Istanbul memiliki sebuah area kota tua yang bernama Sultanahmed Square dimana di sekitar area tersebut terdapat beberapa bangunan bersejarah Turki seperti Hagia Sophia (yang saya ceritakan sebelumnya), Blue Mosque, Hippodrome, dan Topkapi Palace. Tidak afdhol rasanya jika ke Turki tetapi belum mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan menawan di area ini. Setelah di hari sebelumnya kami mengunjungi Hagia Sophia, di hari kedua kami mengunjungi Blue Mosque. Sama seperti sebelumnya, dimana tempat parkir bis berada jauh dari lokasi, maka kami harus berjalan lumayan jauh dari tempat penurunan kami ke area Sultanahmed Square. 

Roti khas Turki: Simit.
Bentuknya seperti donut ditabur wijen.
Bisa request diisi nutella juga.
Sebenarnya saya agak khawatir dengan almarhum bapak yang tidak kuat berjalan jauh karena nyeri sendi di bagian pinggang. Namun, jalanan kota tua Istanbul yang naik turun dan berpaving batu khas jaman kerajaan tidak memungkinkan saya untuk menggunakan kursi roda. Kebetulan ada 2 orang rombongan lainnya yang juga tidak kuat berjalan karena nyeri sendi. Tetapi mereka pun berusaha untuk tetap kuat berjalan. Alhamdulillah almarhum bapak juga termotivasi karena kedua orang tersebut tetap berusaha terus berjalan. 

***

Kemegahan Blue Mosque
Blue Mosque atau Masjid Biru memiliki nama resmi Masjid Sultanahmet. Nama Masjid Sultanahmet diberikan karena masjid ini dibangun atas perintah Sultan Ahmed I pada tahun 1609-1616. Awalnya masjid ini dibangun untuk menandingi kemegahan Hagia Sophia yang sebelumnya adalah sebuah gereja. Masjid ini dinamakan Masjid Biru atau Blue Mosque karena pada bagian dalam masjid interiornya dihiasi oleh marmer berwarna biru. Marmer biru ini disebut-sebut merupakan khas dari negara Turki dan banyak juga digunakan di Istana Dolmabahce. Bahkan mungkin awal mula timbulnya souvenir khas Turki, yaitu "Blue Eye" juga karena Turki memiliki khas marmer birunya. Tempat kerajinan keramik terbaik adalah di daerah Iznik, dimana keramik yang dihasilkan adalah keramik nomor wahid berwarna biru, hijau, ungu, dan putih.

Bagian depan Blue Mosque
Bagian dalam Blue Mosque dari lantai2
Beruntung saat kami mengunjungi tempat ini tepat di hari Jumat sehingga kami bisa merasakan sholat Jumat di masjid ini. Kebetulan kami yang wanita juga dapat mengikuti sholat Jumat di lantai atas. Sungguh perjuangan untuk mencapai lantai atas masjid ini. Jangan dibayangkan bahwa kita akan menemukan tangga yang nyaman untuk naik ke lantai atas, tapi tangga yang kita temukan disini hampir nyaris seperti sebuah tangga menuju loteng, curam dan kecil. Bahkan ketika sudah berada di lantai atas pun, lantainya nampak seperti semen yang tidak rata yang dialasi oleh karpet. Ketidakrataan lantai masih dapat terasa ketika kita menapakkan kaki di lantai. Sesampainya saya di lantai atas, saya menemukan banyak wanita Turki sudah menunggu sholat Jumat dimulai. Dikarenakan saya mengunjungi masjid ini dalam rangka sholat Jumat dan kondisinya ramai, maka saya tidak bebas memotret bagian dalam masjid.

Bagian dalam Blue Mosque
Seperti halnya masjid yang saya kunjungi sebelumnya, masjid ini juga menggunakan lampu gantung dengan kabel yang lumayan panjang dari ujung kubah dan lampu baru terpasang tidak jauh dari lantai. Sepertinya pemasangan lampu yang memiliki kabel yang panjang dikarenakan rata-rata masjid di Turki memiliki kubah yang lumayan tinggi sehingga diharapkan lampu dapat lebih efisien ketika berada lebih dekat dengan lantai. Penerangan masjid di bagian kubah pun lebih mengandalkan kaca patri yang memungkinkan begitu banyak cahaya yang masuk ke dalam masjid.

***

Masih berada di kawasan Sultanahmed Square, terdapat situs bersejarah lain yang dapat kami kunjungi, namanya Hippodrome.  

Hipodrome adalah sebuah area yang saat ini dinamakan Sultanahmet Meydani (Lapangan Sultan Ahmet). Pada masa kekuasaan Kekaisaran Bizantium, area ini adalah pusat sosial dan olahraga di Konstantinopel. Kata “hipodrom” berasal dari kata Yunani “hippos” yaitu “kuda” dan “dromos” yang berarti “jalur” atau “jalan”. Menurut cerita si local guide, pada masa itu area ini merupakan area pacuan kuda. Kekaisaran Romawi pun menghiasi area ini dengan beberapa karya seni seperti tiang ular dan obelisk. Kesultanan Utsmani atau Ottoman tetap menjaga wilayah bersejarah ini, namun bagian atas tiang ular dihancurkan dan dicuri pada masa Perang Salib keempat.

Obelisk

Obelisk


Patung ular

***

Topkapi Palace
Gerbang masuk Topkapi Palace
Pintu Masuk Topkapi Palace
Bagian dalam istana (dapur istana)
Masih berada di lingkungan Sultanahmed Square, selanjutnya kami mengunjungi Topkapi Palace. Topkapi Palace merupakan kediaman resmi Sultan Utsmaniyah atau Ottoman selama lebih dari 600 tahun (1465-1856). Kepentingan Istana Topkapi memudar pada akhir abad ke-17 karena sultan lebih suka menghabiskan waktu di istana baru mereka di dekat selat Bosporus, yaitu istana Dolmabahce. Pada tahun 1856, Sultan Abd-ul Mejid I memindahkan kediamannya ke Istana Dolmabahce. Setelah jatuhnya Utsmaniyah pada tahun 1921, Istana ini dijadikan museum. Terdapat beberapa jenis museum disini, sedangkan yang saya masuki adalah museum peninggalan Nabi Muhammad SAW serta museum peninggalan Kesultanan Utsmaniyah. Namun yang paling populer dan memiliki antrian paling panjang adalah museum peninggalan Nabi Muhammad SAW.



Jalan masuk yang dihiasi bunga-bunga
Setelah pintu kedua, wisatawan memasuki jalan panjang setapak selebar 4 meter. Bunga-bunga menghiasi jalan setapak. Sungguh cantik. Pada saat saya mengunjungi tempat ini, adalah peralihan musim semi ke musim panas, sehingga bunga-bunga yang menghiasi sepanjang jalan adalah bunga mawar beraneka warna. Menurut saya, musim yang paling tepat mengunjungi Turki adalah awal musim semi dimana Dinas Pertamanan Istanbul (sebut saja begitu) akan mengganti semua bunga-bunga baik di jalanan umum maupun di tempat-tempat wisata dengan bunga Tulip. Ternyata bunga Tulip bukan berasal dari Belanda, tapi dari Turki. Sedangkan Dinas Pertamanan Istanbul paling concern dengan keindahan kotanya dimana bunga akan rutin diganti sesuai musim. 



Bagian dalam istana (saya lupa, apa ini)
Bangunan Istana Topkapi terbagi atas empat bagian besar yang dipisahkan oleh tiga gerbang utama. Pada bagian pertama istana terdapat sebuah gereja yang dibangun orang Romawi dan saat ini digunakan sebagai gedung teater. Di bagian kedua istana terdapat hareem section, paviliun, dapur, ruang pertemuan, dan barak militer. Pada bagian ketiga Istana Topkapi terdapat sekolah untuk murid berumur 10 tahun. Semua anak-anak tersebut dipilih oleh sultan dari berbagai pelosok Turki. Sedangkan tempat tinggal para sultan berada di kawasan keempat.


Pintu masuk museum peninggalan Nabi Muhammad SAW

Museum peninggalan Nabi Muhammad terletak setelah kawasan keempat. Di dalam ruangan ini tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar. Terdapat beberapa peninggalan Nabi Muhammad seperti gigi, jenggot, jubah, dan pedang. Begitupula dengan jubah peninggalan Fatimah, serta pedang-pedang sahabat Nabi Muhammad SAW. Selain itu juga terdapat beberapa benda terkait dengan Baitullah seperti talang emas, pintu ka'bah, gembok ka'bah, dan penutup hajar aswad. Melihat peninggalan-peninggalan tersebut secara tidak sadar kita akan merasa merinding membayangkan keadaan di masa lalu, membayangkan betapa beratnya perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam. Dan saya pun semakin merinding ketika dalam perjalanan menuju pintu keluar museum terdengar lantunan ayat suci Al-Quran dengan suara yang sungguh merdu. Tadinya saya berpikir bahwa itu adalah suara kaset. Tapi betapa terkejutnya saya ketika seorang Turki sedang duduk bersila dengan pakaian khas Turki dan Al-Quran di hadapannya sedang mengaji. Menurut informasi, lantunan ayat suci Al Quran ini dibacakan selama 24 jam selama museum ini berdiri dengan 3 orang yang bergantian membaca Al Quran untuk "menjaga barang-barang pusaka" yang ada di dalamnya. Subhanallah.

Selat Bosphorus terlihat dari dalam istana
Di sebelah museum peninggalan Nabi Muhammad juga terdapat museum keramik dan peninggalan kesultanan Utsmaniyah, namun tidak terlalu populer. 

***

Selanjutnya kami berkunjung ke Grand Bazaar untuk membeli oleh-oleh. Wah, bisa kalap di pasar ini. Katanya sih ini pasar tertutup terbesar dan tertua di dunia. Bayangkan saja, pasar ini memiliki 61 jalan tertutup dan lebih dari 3.000 toko (sumber: wikipedia). Pantas saja ketika kami diberikan waktu bebas untuk berbelanja, kami diharuskan menghapal jalan yang dilewati agar kami dapat kembali ke meeting point, yaitu di masjid yang tidak jauh dari Grand Bazaar. Terus terang saya tidak berani "cuci mata" sampai ke ujung pasar karena khawatir nyasar. Hahaha. Jadilah saya hanya berbelanja di kios-kios terdepan.

Ada beberapa oleh-oleh khas Turki seperti gantungan Blue Eyes/Evil Eyes (gantungan semacam mata satu berwarna biru yang diyakini orang jaman dulu sebagai jimat), Turkish delight (semacam manisan khas Turki dengan beberapa isian kacang-kacangan, yang paling enak isi kacang Pistachio), coat khas Turki, jilbab khas Turki, dompet atau rajutan-rajutan khas Turki.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar